Seni Anyaman – Anyaman, Karya Seni, dan Media Sosialisasi

Seni Anyaman – Anyaman, Karya Seni, dan Media Sosialisasi

Anyaman merupakan bentuk kebudayaan yang mempengaruhi pada kebudayaan masyarakat Melayu. Anyaman bukan saja menjadi sebuah bentuk kerajinan tangan semata, tapi lebih dari itu anyaman merupakan karya seni yang tidak saja cantik, tapi juga indah.
Secara harfiah, anyaman berarti hasil persilangan bahan-bahan tertentu melalui sebuah pola hingga menghasilkan sebuah karya. Bahan-bahan yang banyak digunakan sebagai bahan anyaman adalah rotan, lidi, akar, pelepah, bambu, eceng gondok, dan beberapa jenis tanaman lain yang dikeringkan.
Bahkan, dengan berkembangnya kreativitas dari perajin, sampah-sampah plastik rumah tangga pun bisa disulap menjadi sebuah anyaman hasil karya yang bisa dipakai kembali dalam berbagai bentuk, antara lain, tas dan taplak meja.
Tahukah Anda, bahwa usia anyaman ini sama tuanya dengan usia peradaban manusia? Konon, manusia mulai mengenal anyaman ketika melihat burung yang sedang membangun sarangnya yang kokoh. Seni anyaman ini sudah berkembang sejak ribuan tahun lamanya dan dipercaya sudah berkembang sejak masa neolitihikum (seni bercocok tanam) dan kelahirannya disejajarkan dengan kelahiran seni tembikar.
Pada saat ini, masyarakat purba sudah mengenal rotan dan akar yang telah dibasahi terlebih dahulu agar mudah dalam membentuk sebuah tali simpul yang digunakan untuk mengikat hewan peliharaan dan hasil bumi mereka.
Seni anyaman berasal dari hasil karya masyarakat Melayu yang hingga saat ini masih dikagumi dan juga masih diminati. Rumah-rumah di pedesaan yang memakai bilik dari bambu merupakan salah satu bentuk yang paling nyata dari eksistensi anyaman ini.
Pernah mendengar kota Pedamaran di Sumatera Selatan? Menyandang kota sebagai kota tikar, kegiatan anyaman di kota ini berlangsung setiap waktu dan dilakukan oleh ibu-ibu dan gadis remaja. Para pengayam ini, terutama yang masih dalam tahap belajar membuat anyaman dengan penuh keseriusan agar anyaman sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Karena, apabila salah beberapa langkah dalam mengayam maka hasil anyamannya akan berbeda.
Anyaman bukan saja menjadi sebuah karya seni, tetapi juga menjadi media komunikasi dan sosialisasi bagi penduduk. Dalam proses mengayam, terjadi saling interaksi baik berupa pertanyaan, guyonan, dan perbincangan ringan yang bertujuan sebagai tali pengikat keakraban sesama.
Seperti halnya dengan para perajin anyaman di desa, misalnya tikar, proses mengayam menjadi sebuah kegiatan sosial, sebuah proses tempat berlangsungnya pertukaran cerita. Hampir di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia, anyaman ini dikenal dan setiap wilayah tersebut memiliki pola atau motif tertentu sehingga menjadi ciri khas.
Sejak kemunculannnya, seni mengayam ini dipercaya dan diawali tanpa ada campur tangan bahan dari luar. Semua bahan yang dulu digunakan merupakan bahan-bahan dari hutan yang banyak tersebar. Penggunaan tali, akar, dan rotan merupakan bahan-bahan untuk menciptakan anyaman. Jenis tumbuhan ini banyak sekali tumbuh di hutan-hutan sehingga masyarakat tidak akan kesulitan untuk mendapatkannya.
Penciptaan model atau bentuk anyaman disesuaikan dengan fungsi kebutuhan sehari-hari. misalnya, anyaman berbentuk topi, tudung saji, tikar, bilik, bakul, dan berbagai bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Waktu yang digunakan untuk mengayam pun dilakukan pada saat pagi hari atau di malam hari di mana suhu udara sudah mulai mendingin. Pemilihan waktu ini bukan tanpa alasan. Pemilihan pagi atau malam hari ditujukan agar daun-daun (palma dan nipah) mudah dibentuk sesuai dengan pola tanpa meninggalkan kesan pecah pada hasil anyamannya. Biasanya kegiatan mengayam ini dilakukan di halaman rumah pada waktu pagi, sore, atau malam hari sambil berkumpul dengan tetangga secara berkelompok.
Jenis-jenis Anyaman
Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, pada umumnya anyaman terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
1. Anyaman Datar
Jenis anyaman ini dibuat datar pipih dan lebar. Anyaman datar biasanya digunakan sebagai bilik rumah tradisional, tikar, pembatas ruangan dan barang-barang hias lainnya. Anyaman datar dapat dibentuk dengan berbagai pola dan bentuk. Tentu, pembentukan pola ini membutuhkan ekstra kelihaian tangan dan kecermatan dalam membentuk pola dan alur anyaman.
2. Anyaman Tiga Dimensi
Ayaman ini merupakan pengembangan bentuk dari anyaman tradisional yang memiliki bentuk sederhana tetapi sudah lebih dikembangkan dan ditekankan pada nilai seni dan fungsionalitasnya yang lebih tinggi. Misalnya, tas, kursi, tempat wadah-wadah, dan lampu lampion.
3. Macrame
Macrame merupakan seni keahlian tangan menyimpul bahan dengan dibantu oleh alat pengait misalnya jarum. Dengan teknik makreme, pengrajin dimungkinkan untuk dapat membentuk sambungan dan menciptakan pola-pola baru yang lebih bagus. Benda anyaman yang dibentuk melalui macrame di antaranya adalah taplak meja, keset kaki, dan bentuk suvenir.
Produk Anyaman
Perkembangan ide kreatif yang didorong oleh semakin beragamnya kebutuhan, para pengrajin melakukan berbagai inovasi dalam produk anyamannya. Berikut ini beberapa jenis produk dari perkembangan produk anyaman.
1. Lampion
Anyaman lampion merupakan seni anyaman tiga dimensi dan termasuk anyaman buluh (bamboo atau aur). Bulu merupakan salah satu jenis spesies rumput, seperti ilalang, dan jagung.
2. Kata
Kata merupakan keranjang yang dianyam dari daun kelapa yang dilengkapi dengan tali pikulan untuk digunakan untuk membawa hasil ladang. Kata ini merupakan seni anyaman tiga dimensi terapan. Kata terdiri atas beberapa jenis antara lain kata mapa, kata kowe, dan kata manu.
3. Tikar
Tikar merupakan anyaman yang paling banyak ditemui dan dianyam dengan menggunakan daun lontar atau daun pandan. Penggunaannya sebagai alat tidur dan tikar yang berukuran besar digunakan untuk menjemur padi. Selain itu, tikar juga digunakan sebagai alas tempat duduk bagi tamu.
4. Pembatas dinding
Pembatas dinding merupakan jenis anyaman datar yang terdiri atas pola anyaman berasal dari bambu yang telah dipipihkan.
Sentra-sentra Kerajinan Anyaman Nusantara
Sangat mudah menemukan hasil kerajinan anyaman sekarang ini. Hampir di setiap wilayah dapat ditemui dengan mudah. Ketika Anda sedang berada di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Anda dapat mampir ke kawasan Rajapolah yang terkenal dengan kerajinan anyamannya antara lain tikar, anyaman dari bambu, perabota rumah tangga, dan jenis anyaman lainnya yang memiliki fungsi dan nilai tinggi.
Selanjutnya di Kecamatan Manggir, Kapubaten Sleman, Yogyakarta, juga merupakan sentra anyaman bambu. Bahan baku bamboo yang dipilih pun bukan bambu sembarangan. Bambu Apus dipilih karena bambu tersebut memiliki karakteristik ulet dan lemat untuk dibuat anyaman. Para peraji di Kecamatan Manggir ini lebih banyak membuat besek dan keranjang.
Di Jawa Timur tepatnya di desa Gintangan, Banyuwangi merupakan sentra anyaman bambu yang cukup terkenal. Selain sebagai penghasil anyaman bambu yang terkenal, sentra anyaman ini juga menjadi tempat workshop bagi para pembeli yang ingin belajar tentang anyaman. Pembeli dapat melihat langsung proses pembuatan anyaman yang dilakukan oleh para pengrajin.
Beralih ke Pulau Sumatera. Penduduk Nanggroe Aceh Darussalam menghasilkan anyaman tikar yang terbuat dari daun pandan. Juga, di Riau, penduduknya menggunakan pandan sebagai bahan baku utama anyaman. Sentra pengrajin utama anyaman pandan yang terkenal berada di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Pelalawan.
Anyaman rotan banyak dijumpai di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kota Pekanbaru. Kabupaten Kuantan Senggigi dan Kabupaten Kampar merupakan daerah terkenal akan anyaman bambu dan anyaman pandannya. Di Kalimantan tepatnya di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan terdapat sentra anyaman purun.
Singkatnya, semua daerah di Indonesia dapat dijumpai kerajinan anyaman ini, tentu dengan pengembangan dan adaptasi dari budaya yang berkembang di wilayah tersebut.
Masa Depan Produk Anyaman
Perkembangan ilmu dan teknologi turut serta mempengaruhi pada perkembangan seni anyaman ini. Dulu, hanya bahan-bahan yang berasal dari alam saja yang bisa dibuat sebagai bahan anyaman. Sekarang ini, sampah plastik dan ban sekalipun bisa disulap menjadi bahan baku anyaman yang tidak kalah bagus.
Memang, animo masyarakat untuk membeli atau menggunakan produk anyaman masih jauh terutama anyaman tradisional dibandingkan dengan penggunaan produk-produk yang lebih mutakhir. Para perajin melalui sentra-sentra pengrajin melakukan promosi melalui berbagai kegiatan, misalnya pameran atau eksebisi.
Untuk mendongkrak promosi, para perajin juga melakukan ekspansi pasar ke berbagai wilayah termasuk ekspor ke luar negeri misalnya Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, dan negara-negara di Timur Tengah.
Pesatnya perkembangan industri anyaman ini tidak diimbangi oleh ketersediaan bahan baku, setidaknya itu permasalahan yang dirasakan oleh berbagai pengrajin. Jadi, pengrajin harus rajin-rajin berburu bahan baku ini sampai ke luar daerah untuk mendapatkan bahan baku tersebut. Tentu, berkurangnya pasokan bahan baku ini akan berimbas pada harga yang ditawarkan produk anyaman tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan produk lainnya.

5 Comments (+add yours?)

  1. irenia
    Jul 04, 2012 @ 16:11:48

    makasih infonya gan

    Reply

  2. rafi
    Sep 14, 2012 @ 03:19:21

    gambarnya mana ????? 😦

    Reply

  3. b4tL4x
    Nov 14, 2012 @ 12:00:40

    Sip

    Reply

  4. Trackback: Seni Anyaman | All In One!
  5. ardelia
    Mar 12, 2014 @ 10:26:02

    ko gak ada gambarnya

    Reply

Leave a comment